Kecerdasan Finansial

Oleh Iman Supriyono, Konsultan Manajemen pada SNF Consulting

Untuk urusan teori, putra-putri negeri ini cukup jempolan. Menjuarai olimpiade matematika atau fisika tingkat internasional bukanlah sesuatu yang tak terjangkau. Para pelajar dan mahasiswa kita yang menempuh pendidikan di negeri-negeri maju tidak jarang mendapatkan predikat kelulusan terbaik, cum laude.

Lain dunia akademik, lain pula kenyataan. Boleh saja kita mengklaim sebagai orang yang “pinter sundul langit” pada urusan perteorian, tetapi kita kemudian harus segera menyadari bahwa keahlian teoritis tersebut tidak mampu menjadikan kita sebagai seorang ahli dalam memproduksi beras, jagung, kacang, gandum, kedelai, daging sapi, berbagai macam buah, gula, ataupun susu. Untuk “urusan perut” ini, kira masih harus mengimpor. Yah, akhirnya kita juga harus menyadari tentang kelemahan terbesar kita: menghasilkan karya nyata.

Memang tidak mungkin mengharapkan seorang siswa yang ber IQ “jongkok” untuk menjadi juara olimpiade matematika atau fisika tingkat internasional atau kuliah di sebuah perguran tinggi prestisius di negeri maju dengan predikat kelulusan cumlaude. Bila olimpiade matematika atau fisika sangat dekat dengan intellectual quotient atau IQ, lalu untuk menghasilkan karya nyata berupa beras, gandum, kacang dan sejenisnya kita membutuhkan apa? inilah peran FQ, financial quotient, atau kecerdasan finansial. Anda mungkin akan terkejut, apa hubungan antara produksi beras dengan kecerdasan finansial?

Kecerdasan finansial adalah kemampuan seseorang untuk mengelola sumber daya baik di dalam dirinya sendiri maupun di luar dirinya untuk menghasilkan uang. Ketika baru lahir, Anda (juga termasuk saya) sama sekali tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidup. Makan, minum, pakaian, perawatan, tempat tinggal dan semuanya disediakan oleh orang lain. Semua kebutuhan bisa dirupiahkan. Bahkan makanan yang sudah siap di piring pun belum akan bermanfaat bagi seorang bayi kecuali ada orang lain yang menyuapkannya. Nah, jangan lupa, tenaga untuk menyuapi si bayi pun dapat diuangkan berupa gaji seorang babby sitter. Pendek kata, semua bisa dinilai dengan uang. Nah, misalkan seluruh kebutuhan seorang bayi setelah diuangkan adalah Rp 1 juta perbulan. Karena si bayi sama sekali tidak mampu berperan untuk memenuhi Rp 1 juta, maka kemampuan si bayi untuk menghasilkan uang atau segala sesuatu yang dapat dinilai dengan uang untuk kebutuhan dirinya sendiri adalah nol. Dengan demikian, kecerdasan finansial si bayi adalah nol yang diperoleh dari nilai rupiah yang bisa dihasilkan dengan jerih payannya sendiri dibagi dengan nilai rupiah dari seluruh kebutuhannya, Rp 1 juta. Semakin bertambah usianya si bayi semakin mampu memenuhi berbagai kebutuhannya. Pada suatu saat, ketika seluruh kebutuhannya dapat dipenuhi dengan jerih payah sendiri kecerdasan finansialnya menjadi satu. Misalkan seorang pekerja mampu mendapatkan penghasilan Rp 3 juta perbulan sementara seluruh kebutuhannya juga senilai Rp 3 juta perbulan, inilah kecerdasan finansial atau FQ nya adalah 3 juta dibagi 3 juta, atau senilai 1.

Mencapai FQ 1 adalah sebuah pertanda kedewasaan. Steven Covey menyebutnya sebagai independensi sementara itu Andreas Harefa menyebutnya sebagai manusia pembelajar. Intinya adalah pada bagaimana memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri. Bila mayoritas penduduk negeri ini telah mencapai FQ 1, semestinya kita tidak perlu lagi menggantungkan “urusan perut” kita kepada negeri negeri asing. Apa lagi bila FQ kita lebih dari satu.

Inilah dasar dari perhitungan nilai kecerdasan finansial. Perhitungan selanjutnya direncanakan untuk dibahas pada rubrik ini minggu minggu yang akan datang. Melalui rubrik ini, Anda juga akan diajak untuk berdiskusi secara interaktif dengan topik seputar permasalahan kecerdasan finansial, Financial Quotient. Anda bisa bertanya aplikasi kecerdasan finansial mulai dari pendidikan kecerdasan finansial bagi si buah hati, kecerdasan finansial dalam mengelola rumah tangga, kecerdasan finansial sebagai seorang profesional di perusahahaan atau instansi permerintah, sampai kecerdasan finansial bagi Anda para entrepreneur. Bahkan, bila memiliki masalah yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan uang maupun perilaku terhadap uang, layangkanlah pertanyaan melalui rubrik ini dan Anda akan mendapatkan suatu paradigma baru dalam menyelesaikannya, paradigma kecerdasan finansial.

Iman Supriyono ( imansupri@snfconsulting.com )

Managing partner SNF Consulting

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *