Kurva Manfaat adalah pemikiran orisinil karyaIman Supriyono yang telah ditulis pada buku karya ke-8 nya, Anda Jago Kandang Atau Kelas Dunia? Framework ini berfungsi untuk membangun visi kemanfatan ideal bagi seseorang. Kondisi dimana dari hari ke hari seseorang makin tinggi kemanfaatannya bagi sesama. Bahkan ketika meninggal pun, kemanfaatkan itu tidak pernah turun. Terus menerus meningkat.
Pada gambar di samping, sumbu vertikal menunjukkan besaran kemanfaatan. Tanda positif berarti seseorang mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Tanda nol tidak memberikan manfaat tetapi juga tidak merugikan. Tanda negatif menunjukkan bahwa keberadaan seseorang merugikan orang lain.
Sumbu mendatar adalah usia. Angka nol menunjukkan waktu tepat pada saat seseorang dilahirkan. Semakin ke kanan usia semakin bertambah.
Pada garis usia terdapat tiga penanda penting dalam kehidupan seseorang yaitu: baligh, pensiun dan mati. Balighadalah saat dimana secara biologis seseorang telah mengalami tanda-tanda kedewasaan. Bagi perempuan tanda biologisnya adalah menstruasi. Pada laki-laki adalah adanya mimpi indah atau mimpi basah. Baligh alias dewasa pada umumnya akan terjadi pada usia sekitar 12 tahun. Angka ini bisa maju atau mundur sesuai dengan kondisi.
Selain baligh, pensiun juga menjadi penanda usia yang penting. Bagi yang bekerja pada instansi pemerintah atau perusahaan formal, masa pensiun terdefinisikan dengan jelas. Seorang pegawai pemkot pensiun pada umur 55 tahun. Guru di sekolah negeri pensiun pada usia 60 tahun. Tentara pensiun pada usia 55 tahun. Pegawai perusahaan swasta pensiun mengikuti aturan internal perusahaan tersebut.
Bagaimana dengan para pengusaha? Untuk Anda yang berkarir sebagai pengusaha, buku Anda Jago Kandang atau Kelas Dunia? membahasnya lebih detail. Permasalahan ini sangat menarik terkait dengan tema sentral pada buku ini. Pensiunnya pengusaha sangat penting untuk dipahami.
Setelah pensiun, kematian adalah penanda terakhir perjalanan usia seseorang. Akhir perjalanan dalam karir bisnis. Puncak perjalanan sebagai anak manusia.
Lahir, baligh, pensiun, mati. Keempatnya menjadi titik-titik penting dalam kemanfaatan hidup seseorang. Kita perlu memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Agar hidup kita benar-benar bermanfaat
Garis D pada gambar di atas adalah sebuah perjalanan ideal berdasarkan 3 prinsip dasar di atas. Kurva ini dimulai dari kelahiran. Pada usia nol tahun, siapa pun akan berada pada kondisi ini: tergantung sepenuhnya kepada orang lain. Makan, minum, mandi, berpakaian, dan seluruh kehidupannya tergantung kepada orang lain.
Kepada siapa si bayi bergantung? Kepada orang tua. Itupun bila orang tuanya bertanggung jawab. Kalau tidak? Ya, si bayi akan dibuang dan ditemukan oleh orang lain. Penemu inilah yang nantinya akan menjadi tempat bergantung dari si jabang bayi.
Karena masih 100% bergantung, maka kehidupan si bayi tentu tidak bermanfaat untuk orang lain. Justru sebaliknya: merugikan orang lain. Siapa yang dirugikan? Tentulah orang yang mengasuhnya. Orang tuanya atau penggantinya yang mau dirugikan karena mengharap pahala. Pada kurva kemanfaatan, titiknya berada di bagian bawah sumbu tegak kemanfaatan.
Seiring pertambahan usia, si bayi akan belajar banyak hal. Duduk, berdiri, berjalan, berlari, berbicara, dan sebagainya. Proses pembelajaran akan menurunkan ketergantungan. Makin berusia makin mandiri.
Mencari dan mendapatkan uang adalah salah satu keahlian yang dipelajari. Suatu saat, seorang anak manusia akan mampu mencari uang sendiri. Hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan. Pada saat itu, ia tidak tergantung lagi pada orang lain. Inilah yang disebut dewasa.
Pertanyaannya, pada usia berapa seharusnya seseorang mencapai kedewasaan? Pada usia berapa seseorang harus bertanggung jawab memenuhi kebutuhannya sendiri? Ada banyak jawaban. Masing-masing dengan versinya sendiri-sendiri.
Dalam tinjauan ajaran Islam, seorang yang sudah baligh sudah wajib bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Ketika belum baligh, seseorang tidak berdosa bila berbuat keburukan . Sebaliknya, ia juga tidak mendapatkan pahala atas perbuatan baik. Masih suci. Tidak ada dosa, juga tidak ada pahala. Kesucian ini akan mengantarkannya masuk surga bila saja ia dipanggil Sang Pencipta sebelum baligh.
Tetapi, sejak baligh, “argometer” kehidupannya mulai menyala. Mulai bertanggung jawab atas segala perbuatan. Perbuatan baik mendapatkan pahala, perbuatan buruk mendapatkan dosa. Menggantungkan hidup pada orang lain adalah sebuah perbuatan dosa. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Tidak diperkenankan menggantungkan diri pada orang lain, termasuk kepada orang tua.
Idealnya, baligh adalah saat impas. Skor kemanfaatannya nol. Tidak memberi manfaat kepada orang lain. Juga tidak merugikan orang lain. Bisa memenuhi kebutuhan pribadinya. Tetapi belum mampu menolong untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Tidak perlu ditolong juga tidak mampu menolong. Impas.
Dari titik impas, kemanfaatan kepada sesama dimulai. Sedikit demi sedikit skornya naik. Bila menjadi pengusaha, ia sudah mulai bisa memberikan lapangan kerja kepada orang lain. Bila sebagai dokter, ia sudah bisa memberi kesempatan kepada yuniornya untuk bergabung membantu pekerjaannya. Bila sebagai investor, ia mulai memberi kesempatan kepada para pebisnis untuk memanfaatkan suntikan modalnya.
Makin hari, seseorang makin berpengalaman dalam bisnis atau profesi yang ditekuninya. Melalui proses pembelajaran terus-menerus, pengalaman akan menjadi keahlian. Makin hari makin ahli. Kemampuan untuk memberi manfaat bagi sesama juga akan semakin meningkat.
Suatu saat nanti, orang tersebut akan sampai pada masa pensiun. Usia senja. Menurunkah kemanfaatannya bagi orang lain? Memang tenaga fisik menurun. Kalah dibandingkan saat masih muda. Namun demikian, kemanfaatan kepada orang lain tidak melulu dihasilkan oleh kemampuan fisik. Kemanfaatan akan dikreasikan melalui kemampuan menjalin relasi, kebijaksanaan, kepemimpinan, dan sebagainya. Inilah yang akan selalu meningkat. Maka, penurunan kapasitas fisik akan ditutup bahkan terlampaui oleh kenaikan kemampuan ini. Akhirnya, secara keseluruhan masa pensiun tetap akan diwarnai dengan kenaikan kemampuan dalam memberi manfaat kepada orang lain. Ini akan berlangsung terus sampai ajal datang.
Bahkan, ketika ajal telah datang, orang-orang ideal akan memiliki karya yang tetap bermanfaat bagi sesama. Kurva kemanfaatannya juga tetap selalu naik. Sebuah perusahaan yang bersistem bagus tidak akan terganggu pertumbuhannya dengan kematian pemiliknya. Sistem yang ada telah mendukung adanya mekanisme pertumbuhan. Aset dan omsetnya selalu naik. Artinya, masyarakat yang dilayaninya juga terus-menerus bertambah.
Negeri tempat operasinya juga terus-menerus menerima manfaat melalui pajak dan penyerapan tenaga kerja. Kemanfaatan pemiliknya bertambah sampai kapanpun. Going concern sampai kiamat!
Jika kurva D adalah kehidupan ideal, kurva A dan B adalah gambaran yang sebaliknya. Kurva kegagalan. Orang dengan model kurva seperti A dan B mengakhiri kehidupan di dunia tanpa membuat karya yang menjadikan dirinya tetap memberi manfaat bagi orang lain setelah meninggal. Tidak sempat membuat amal jariyah.
Kurva C walaupun tidak 100% ideal tetapi itulah gambaran yang paling mungkin diicapai. Tidak sepenuhnya mengikuti kurva ideal, tetapi tetap memiliki karya yang terus meningkat kemanfaatannya bagi sesama. Inilah gambaran kehidupan yang bisa kita capai.