Oleh: Iman Supriyono, Konsultan senior pada SNF Consulting*
Awal Ramadhan ini saya kedatangan tamu dari luar kota. Tidak ada yang istimewa dengan tamu ini. Kecuali, ia adalah seorang nasrani.. Sebagaimana layaknya tamu, saya harus menjamu. Termasuk untuk makan siang. Menarik. Orang puasa menjamu orang tidak puasa.
Menjamu makan siang saat sedang puasa sering saya lakukan saat puasa sunnah. Kemana? Warung-warung pada tutup. Setelah mencari-cari, pilihan jatuh sebuah kafe di komplek Toko Buku Petra Togamas, Pucang, Surabaya. Tamu saya yang tidak puasa ini memang sahabat lama bos jaringan toko buku yang mulai menasional dengan 14 outlet ini. Terjadilah sebuah pertemuan segi tiga yang gayeng: tamu luar kota yang nasrani, Pak Johan si bos Togamas yang juga nasrani, dan saya yang puasa.
Nikmat sekali. Begitu nampaknya mereka berdua menikmati kopi hangat. Karena sedang puasa dan kebetulan memang bukan peminum kopi, saya hanya senang melihat mereka berdua merasakan kenikmatan kopi. Menikmati pemandangan kawan yang menikmati kopi.
Terjadilan perbincangan panjang (kali) lebar (= luas….). Topiknya beragam. Tetapi, karena kami bertiga adalalah orang yang dipertemukan melalui dunia buku, sedikit-sedikit pembicaraan selalu kembali ke…. buku.
Sebenarnya, dari kacamata kebutuhan finansial individu, nampaknya Pak Johan sudah tidak perlu lagi kerja keras untuk mengumpulkan uang. BMW mulus pun selalu menjadi teman di perjalanan.
Lalu mengapa harus tetap bekerja keras? Saya bisa berhenti, tetapi karyawan saya tidak. Itulah jawaban Pak Johan. Maksudnya, para karyawan tentu punya keinginan untuk naik mobil bagus seperti wanita berkerudung karyawan toko komputer di Shah Alam tadi. Bahkan mereka juga pada pingin punya rumah cukup bagus tidak jauh dari tempatnya bekerja. Kalau kerjanya di Surabaya, jangan sampai rumanya di Surabaya Coret. Jauh dari Surabaya.
Bagaimana caranya? Tentu gajinya harus tinggi. Caranya? Tidak ada lain kecuali toko buku harus berekspansi. Dengan cara ini akan banyak karyawan yang mendapatkan promosi jabatan. Staf biasa menjadi supervisor. Supervisor menjadi kepala toko, dan seterusnya. Ini hanya mungkin kalau Togamas berkembang. Selalu menambah jumlah outlet. Selalu tumbuh omset penjualannya. Inilah yang membuat Pak Johan tidak bisa berhenti. Asyik bekerja keras. Agar para karyawan bisa punya rumah di kota dan naik mobil bagus. Bos merasa nikmat. Karyawan merasa nikmat. Yang melihatpun nikmat. Senikmat menyaksikan kawan nasrani minum kopi di kafe Petra Togamas di hari hari puasa. Bagaimana perusahaan Anda?
Iman Supriyono ( imansupri@snfconsulting.com )
Managing partner SNF Consulting
*Tulisan ini pernah dimuat di majalah MATAN edisi Oktober 2008